Kamis, 17 Juli 2014

Tua dan Hafalan

Beberapa waktu yang lalu, dengan seizin Allah, saya dan keluarga menjenguk nenek yang sakit (bukan nenek kandung sih..tapi biar gampang kita sebut nenek lah ya :D)

Jadi nenek ini jatuh dari kamar mandi. Dengan kondisi yang terbatas, jalan yang sulit karena pinggulnya retak dan mata yang sudah rabun, nenek hanya bisa tidur di atas tempat tidur saja. Melakukan aktivitas apapun di tempat tidur. Dari makan, mandi, hingga buang air sekalipun.

Tapi walaupun dengan kondisi seperti itu, nenek masih bisa tetap bersabar.
"Kalau sudah begini, ya cuma bisa sabarlah kita Yanti.."
(Yanti panggilan untuk ibuku)

"Mau ngapa2in udah susah Ti..mandipun dimandikan..buang air ya disinilah (tempat tidur, red), sholat tidur awak..mata pun kabur, mau baca Qur'an pun payah. Awak baca yang dihapal aja lah. Annas..al-falaq..al ikhlas..ayat kursi, surat-surat yang dihafal ajalah"

#Jleb

Entahlah..tiba-tiba saya tersadar mendengar perkataan nenek.

Saya berpikir.

Suatu saat saya pasti akan tua.
Dan saya tidak tahu bagaimana kondisi saya saat tua nanti.
Apakah tetap sehat seperti sekarang atau tidak..
Bisa berjalan kah saya dengan baik?
Bisa melihat kah saya dengan jelas?

Saya berpikir.

Jikalau kelak saat tua nanti mata saya rabun.
Tak bisa melihat dan membaca Al-Qur'an.
Lalu.......
Surah apa saja yg bisa saya lafalkan dari Al-Qur'an nanti??

Tarik nafas panjaang..

Senin, 17 Desember 2012

Selembar jilbab dan sepotong manset

Mumpung cucian belom numpuk n membludak banget, jadilah hari itu saya menambah jadwal kegiatan dalam agenda harian : MENCUCI..So, pagi-pagi udah direndam tuh baju-baju, dan baru dicuci sore harinya..(hehe, tenang sodara2 masih wangi semriwing kok :D)
Di tempat cucian, ternyata ada mba kosan yang sudah “anteng” disana lebih duluan daripada saya. Karena cuma berdua (daripada nyuci diem2an n garing2 ga jelas) jadilah saya memulai obrolan..

Saya : Nyuci juga mba?? (pertanyaan aneh..udah tau ditempat cucian ya nyuci lah, masa karaokean!!)
Mba : iya dek..

Setelah berbasa-basi n berpatah patah kata berjenak-jenak (apaan tuh??) sampailah kami pada obrolan ‘agak’ serius..ya seputar masa depanlah..abiz lulus mau kemana, mau kerja ato usaha, kapan nikah (upz! Jgn galau dulu ya sodara2) dll..
Singkat cerita, akhirnya sampailah kami pada obrolan seputar hijab (setelah sebelumnya obrolan “melanglang buana” entah kemana, maklum perempuan..semuanya diobrolin hehehe)

Mba : kita itu harus terus istiqomah dek..
Saya : kenapa mba? *pertanyaan aneh jangan ditiru -____-“
Mba : ya..harus, terutama soal pakaian..
Saya : (manggut2 sambil ngucek2 baju)
Mba : jangan sampai kita dengan alasan apapun, sampai mengorbankan izzah kita sebagai muslimah. Contohnya jilbab. Karena alasan pekerjaan, jadinya ‘dipangkas’ deh jilbabnya. Karena kecewa dgn “orang-orang tertentu” jadinya jilbabnya makin “aneh”.
Saya : (still manggut2)
Mba : kalau udah keluar kampus misalnya (lulus-red), rata2 akhwat sekarang pada berubah dek.. yaah memendeklah jilbabnya, ga pake kaos kaki, ga pake manset, bahkan ada yang gak pake jilbab. Dulu nya waktu di kampus aktivis banget, jilbabnya lebar-lebar, tapi setelah pasca kampus yaa begitu..
Saya : Innalillahi..
Mba : soal manset dek. Terkadang masih banyak lho akhwat2 pasca kampus ga pake manset lagi, ummahat-ummahat sekarang rata-rata juga jarang yang gak pake manset...wallahu’alam deh alasan mereka apa, tapi saya yaa risih aja gitu ngeliatnya. Mungkin mereka ga sadar kali ya kalau lengan tangan mereka keliatan saat tangan mereka sedang beraktivitas. Aurat wanita kan seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan..
Saya : (teteeuup manggut2)

Terlepas dari berbagai pendapat tentang aurat wanita, saya cukup terkesan dengan pendapat mba kosan saya itu. Kurang lebih sependapat dengan beliau. Soal jilbab dan manset (kain yang biasanya dipakai untuk menutupi pergelangan tangan-red). Keduanya mungkin adalah ujian bagi para muslimah saat ini. Banyak muslimah yang tak mengenakan keduanya lagi (atau salah satunya) mungkin karena alasan pekerjaan, ribet, lupa, atau gak punya barangnya dll.

Saya juga gak bisa men-judge kalau perempuan yang pake jilbab itu lebih sholehah dari yang gak pake, atau yang jilbab nya lebih lebar itu lebih sholehah, atau yang pake manset itu lebih aliim ketimbang yang gak pake (belum ngadain kuesionernya soalnya hehehe). Dan sebagai seorang muslim yang baik kita gak boleh donk men-judge diri kita lebih baik dari yang lain. Kata orang Belanda mah takabuur istilahnya..hehe

Jadi teringat ucapan Ustadz pembina kosan, Ustadz Ahmad. Ada tiga hal yang harus terus kita minta sama Allah. Hidayah, Petunjuk, dan Istiqomah (cateet!!).
 Kenapa kudu selalu diminta? Karena istiqomah itu berat.
Kenapa berat? ibarat ujian, Istiqomah itu bukan sekali ujian langsung beres, lantas kita bisa terus Istiqomah selamanya. Bukan.

Oke, mungkin di ujian kali ini kita lulus tes keistiqomahannya, tapi belum tentu di ujian keistiqomahan berikutnya. Akan selalu ada hal-hal yang menguji keistiqomahan kita. Menguji rasa istiqomah kita kepada nilai-nilai kebaikan yang kita yakini. Istiqomah pakai jilbab, istiqomah pakai manset, istiqomah tilawah qur’an 1 juz, sedekah, sahum sunnah dll. Dan ujian keistiqomahan itu gak berhenti pada usia tertentu. Ujian itu akan ada sampai akhir hayat.
So, kalau kita udah pake jilbab rapi sedari dulu, maka istiqomahlah. Kalau waktu di kampus kita hobi pakai manset, maka istiqomahlah. Kalau dulu rajin tilawah, tahajjud, sedekah, shaum sunnah, dhuha dll, maka istiqomahlah. Kalau dulu ikutan ngaji/pembinaan rutin lainnya, maka istiqomahlah..

Fa tawakkal ‘alallah..tsummastaqim :)

Nb:
Iseng-iseng buka lepi, eh nemu tulisan. Ternyata ada tulisan saya waktu masih zaman muda dulu hehe..


Jumat, 13 Juli 2012

ADA SKI DI PUTIH ABU-ABU…

Jadi, ceritanya saya dan temen-temen alumni sekolah disuruh membuat tulisan ttg rohis kami, namanya SKI. Seksi Kerohanian Islam..Nah, jadilah tulisan saya ini..eng ing eeeng..akhirnya saya bisa nulis hohoho *sujud syukur*..check it out daaah.."Ada SKI di putih abu-abu" :)

***

Kata mbak Asma Nadia, cinta itu warna warni, tidak harus melulu merah jambu..
Kadang ia bisa menjadi biru, hijau, orange, merah, dan lain-lain..
Hmm..Bagiku, cinta itu berwarna putih abu-abu J

Putih abu-abu.
Sebagian besar orang, ketika ditanyakan tentang era 15-17 tahunnya, pasti menjawab dengan wajah penuh antusias. Hal yang serupa terjadi dengan saya. Masa putih abu-abu ibarat masa senang-senangnya saya menjadi remaja (semakin sadar kalau sekarang diri ini semakin tua hehe). Dan kesan yang puaaaling mendalam di putih abu-abu adalah saat saya berada di SKI J
Awal saya masuk SKI bisa dibilang cukup unik. Gara-gara celana jeans. Celana jeans?? Yap. J
Kisahnya bermula ketika saya menginjakkan kaki di SMA Negeri 5 Medan, yang saat itu menjadi salah satu sekolah favorit. Seperti sekolah lainnya, kami pun harus menjalani OSPEK. Hari pertama OSPEK berjalan dengan lancar. Pembagian kelompok, baris berbaris, pengecekan barang-barang, bertemu dengan orang-orang baru, dan lain-lain. Semuanya saya jalani dengan hati ikhlas dan senang.
Pada hari kedua OSPEK, ada kejadian lucu, memalukan, sekaligus menjadi awal kisah putih abu-abu saya berikutnya. Saat itu saya disuruh maju oleh kakak senior untuk memperkenalkan diri pada teman-teman sekelas. Selesai mengenalkan diri, tiba-tiba ada kakak senior yang berbisik (sambil memegang buku) pada saya “Besok pakai rok aja ya, atau celana bahan kulot.”. Pelan tapi tegas. Saya terkejut dan sebagai adik senior hanya bisa mengiyakan. Sejenak melihat kostum saya hari itu. Jilbab rapi, baju putih dimasukin, celana panjang jeans hitam plus tali pinggang, kaos kaki putih, sepatu hitam bertali. Lantas apa yang salah ya, batin saya. Awalnya saya kira kakak senior itu tahu bahwa celana jeans yang saya pakai berlabel pinjaman (hehe..). Maklum saya tidak punya celana panjang hitam yang bisa diikatkan tali pinggang, tapi karena aturan OSPEK harus memakai tali pinggang, jadilah saya meminjam jeans teman (dan pada akhirnya saya tahu bahwa itu untuk pertama dan terakhirnya saya memakai celana jeans hehe). Setelah dipikir-pikir, ternyata memang celana jeans itu terlalu “aneh” untuk saya. Malu.
Saat perkenalan organisasi, ada satu organisasi yang membuat saya terkesan. SKI SMA 5. Seksi Kerohanian Islam-nya SMA 5. Kakak-kakaknya ramah, lemah lembut, baik, tidak sombong, rajin menabung dan tidak suka jajan (hehe..ngga ding), apalagi wajah kakak-kakak akhwatnya, ngademiiin banget. Ibarat padang tandus yang disiram air seember (peribahasa aneh hehe). Selain itu, kakak-kakaknya juga mengayomi saat OSPEK, ga marah-marah, dan program-program SKI-nya juga bagus dan menarik. Dan ternyata kakak yang menegur saya saat OSPEK adalah salah satu anggota SKI. Walah. Pantes. Tengsin euy.
Singkat cerita, akhirnya saya memutuskan untuk ikut masuk dalam keanggotaan SKI. Saat itu saya dipilih menjadi wakil sekretaris Pengajian Putri (masih duduk di kelas I-1). Rasanya menyenangkan masuk SKI. Bertemu dengan banyak teman, belajar mengatur waktu, belajar berorganisasi, dan dibimbing oleh kakak kelas dan alumni. Ternyata alumni juga masih bisa berkontribusi untuk SKI walaupun sudah lulus lho. Selain dari guru agama di sekolah, kami juga mendapat pengetahuan tentang Islam dan yang lainnya melalui kakak-kakak alumni, yang kegiatannya biasa kami sebut mentoring. Sharing ilmu, curhat, mengetahui perkembangan Islam terkini, dan banyak hal lainnya (tapi lebih banyak sesi curhatnya sih hehe..). Kakak-kakak alumni juga banyak memberikan training motivasi dan leadership sebagai bekal kami di SKI. Dari sinilah cinta saya bermula…J
Semenjak masuk SKI saya mengenal banyak cinta. Saat SMP dulu (zamannya ababil, lebay, and so on lah..), saya kira cinta hanya sebatas dengan lawan jenis saja. Ternyata tidak. Melalui kegiatan mentoring, saya mulai mencintai agama saya sendiri. ISLAM. Dahulu saya berpikir Islam hanya sebatas rutinitas ibadah saja. Sholat, puasa, sedekah, haji, dan ibadah lain. That’s it. Ternyata Islam jauh lebih luas dari itu. Islam tidak sekedar soal mensholehkan diri saja, tetapi bagaimana kesholehan diri itu mampu membawa kebaikan untuk orang di sekitarnya. Di SKI juga, saya mulai belajar mencintai Allah, Rasul, orangtua, dan juga cinta persaudaraan.
Banyak kenangan nano-nano saat saya berada di SKI. Ya namanya juga kehidupan. Terkadang manis, asam, asin, dan tak jarang pahit juga singgah. Pada tahun kedua keanggotan SKI, cinta persaudaraan itu semakin jelas. Saat itu kami duduk di kelas dua, dan teman-teman yang lain sudah mendapat amanah masing-masing di berbagai divisi SKI. Ada yang di PERMUS (yang ngurusin perpustakaan mushola), SALAM (yang ngurusin mading), PU (pengajian umum), BINTAL (Bina Mental), MKM (yang ngurusin mushola), dan saat itu saya menjabat sebagai ketua PP (pengajian putri).
Masih terkenang dalam ingatan saya, saat kami bergotong royong beresin mushola di awal kepengurusan. Semua pengurus SKI wajib hadir untuk bersih-bersih mushola. Bayangkan, semua pengurus SKI lho J. Walaupun ini programnya MKM, tapi semua pengurus SKI datang untuk membantu. Semua sudah merasa bahwa mushola adalah rumah kedua. Kelelahan hilang lenyap saat gotong royong dan melihat mushola bersih. Ada yang ngepel lantai, nyapu, beresin kamar mandi, cuci mukena dan hijab, dan lain-lain. Ayo Beresin Mushola! J
Saya dan teman-teman selalu saling bantu. Walaupun kami sudah punya tugas di divisi masing-masing, tapi kami tidak pikir dua kali untuk membantu teman di divisi lain. Contohnya saja, saat pengajian putri, teman-teman saya dari lain divisi (yang satu divisi apalagi J) selalu membantu untuk menarik massa (adik kelas, teman kelas, pokoknya semua ditarik deh hehe). Ada yang cegat massa di pintu gerbang 1, 2, 3, 4 (kayaknya cuma dua deh gerbang SMA 5 hehe), dan ada juga yang cegat di kantin (sekalian jajan maksudnya hehe). Begitu juga saat PP mengadakan Seminar Keputrian. Saya sampai terharu melihat teman-teman di SKI. Dari yang akhwat sampai yang ikhwan mau bantuin. Pokoknya terasa banget deh persaudaraannya di SKI. J
Saat di SKI saya dan teman-teman juga punya grup nasyid. Awal terbentuk 8 orang, tapi pada akhirnya beranggotakan tetap 7 orang. Kami memiliki manajer 2 orang lho (hebat kan? pusing deh tuh gimana gajinya hehe..). Grup nasyid kami bernama Syaja’ah. Pemberani. Nama ini tiba-tiba saja muncul saat kami mentoring. Kakak pementor kami menyebutkan kata syaja’ah saat menerangkan tentang ciri-ciri seorang mukmin. Seperti dikomando, kami saling melirik, berteriak (maklum..masih SMA, masih suka teriak-teriak hehe) dan sepakat untuk memakai nama itu.  Alhamdulillah tim nasyid kami (juga beberapa tim nasyid ikhwan) pernah membawa SMA 5 Medan mendapat juara bergilir se-kota Medan lho. J
Wah, pokoknya cerita tentang SKI tidak akan ada habisnya. Selalu saja membuat saya senyum dan ketawa sendiri. Belum lagi ditambah bumbu-bumbu marah, kesal, nangis, dan lain-lain. Makin komplit. Beruntung saya dipertemukan dengan SKI. Bertemu dengan teman-teman yang senantiasa sabar dan saling menyemangati baik suka maupun duka, kakak-kakak kelas yang selalu membimbing, dan kakak-kakak alumni yang senantiasa mengarahkan dan mengayomi. Alhamdulillah selama di SKI, saya belajar banyak tentang kehidupan. Tentang keteguhan. Semangat. Integritas. Loyalitas. Persaudaran. Dan yang pasti belajar tentang keimanan. J

Cinta putih abu-abu.
Bukan berarti cintaku bermakna keraguan.
Justru di saat putih abu-abu, jalan hidupku DIA arahkan.
Thanks a lot 4 SKI, love you full J

Husna, 14 Juli 2012 02:38

Sabtu, 26 Mei 2012

Terharu...dan saya pun tertunduk malu

Beberapa hari yang lalu dapet kultwit bagus dari Ust. Moh. Fauzhil Adhim..
kultwit yg membuat saya tertegun, tercenung, dan akhirnya membuat saya haru sekaligus malu. Ternyata saya tidak ada apa2nya dibandingkan mereka (ya iyalah!siapa elu?),jauuuuh..secuil pun tidak, para da'i di pedalaman..

Moh. Fauzil Adhim ‏@kupinang
1. Kalau pagi ini engkau bisa BAB di WC, bersyukurlah. Di pedalaman, masih ada da'i kita yang harus menggali tanah untuk sekedar buang air.
2. Di sejumlah titik di tengah hutan, terdapat da'i yang berdakwah sendirian, mengajari para muallaf, meninggalkan hiruk-pikuk kota.
3. Ada juga yg tinggal di masjid yg sunyi tanpa fasilitas MCK. Jika sewaktu-waktu perlu MCK, mereka harus berjalan kaki berkilo-kilometer.
4. Seseorang mengantarkan uang kpd satu da'i pedalaman itu, tapi ia menolak. Dakwah di kota lebih membutuhkan uang. Beri kami do'a yg tulus.
5. Jika mau bantu, berikan saja sarana komunikasi. Untuk menelpon, mereka harus berjalan jauh ke atas gunung agar memperoleh sinyal GSM.
6. Atau berikan alat yang dapat menghasilkan listrik yang mencukupi untuk menghidupkan komputer, charge HP dan syukur bisa untuk yang lain.
7. Apalagi yang diperlukan? Seorang sarjana S-1 ilmu agama yang bersedia menjadi istri dan siap berjuang di tengah hutan, sebab untuk >>
8. >> mengajarkan agama Islam di sekolah yang ada di sana bagi anak kaum muslimin, harus guru agama yang memenuhi syarat menjadi PNS.
9. Sampai kapan berdakwah di sana? Sampai beranak-cucu, atau sampai habis umur ini, atau sampai ada tempat yang lebih memerlukan dakwah.
10. Mereka gigih berdakwah bersebab rasa takutnya kalau sampai ada orang-orang yang di sana dalam keadaan belum pernah mendengar ttg Islam.
11. Mereka brdakwah --bukan skedar jadi pembicara-- di pedalaman bukan krn tak mampu brwirausaha di kota, tapi krn ingin jadi asbab hidayah.
12. Jika pun brmaksud bawakan bagi mereka logistik, bawakan saja ikan kaleng, mie instant sekedar sbg selingan makan rusa & binatang buruan.
13. Jangan bayangkan santapan yang enak. Berbagai binatang buruan itu mereka makan ala kadarnya. Bersyukur jika bertabur garam & bumbu.
14. Maka kehadiran seorang istri amatlah berharga. Selain sebagai teman berjuang, juga untuk menjadikan perjuangan dakwah lebih berwarna.
15. Kehadiran istri dapat menjadikan binatang buruan tak hanya direbus, dipanggang di atas batu atau dibakar langsung, tapi dibumbui.
16. Bahkan istri yang tak dapat memasak pun dapat menegakkan punggung mereka untuk tetap gigih berdakwah asalkan siap berjuang di kesunyian.
17. Mereka bukanlah orang-orang lemah seperti saya. Mereka meninggalkan kemudahan kota secara sengaja demi meraih surga-Nya.
18. Salah seorang dari mereka, yang masing-masing tinggal sangat berjauhan di wilayah dakwah berbeda, amat tegap badannya, gagah, tampan, >>
19. >> berkulit amat putih dan cerdas. Tapi bukan itu yang membuat saya merasa malu. Kesungguhannya untuk mengantar hidayah yg bikin haru.
20. Salah seorang da'i brkata, "Kalau sampai ada orang yg mati dalam keadaan belum pernah mendengar ttg Islam, sementara kita ada sini, >>
21. >> boleh jadi kita yang ikut memiliki saham dosa atas kekafiran mereka. Maka, apa jawab kita nanti kalau bukan berusaha keras sekarang?"
22. "Kami tak perlu kehadiran Ustadz terkenal yg tidak bisa melayani dirinya sendiri. Yg kami perlukan, orang yg siap mengotori tangannya >>
23. >> untuk mengusap mereka dan mengikhlaskan badannya untuk berpelukan dengan dekil tubuh mereka yang gembira menyambut kita."
24. Jika mau sungguh-sungguh berdakwah, jangan khawatir kekurangan makan di sini. Pertolongan Allah tetap berlaku di belahan bumi manapun.
25. Orang-orang di pedalaman tak memerlukan curriculum vitae yang panjang dan serangkaian prestasi yang bikin tercengang.
26. Mereka hanya memerlukan orang yg tulus menyapa; yg menyediakan airmatanya untuk mendo'akan mereka. Bukan menangisi terbatasnya fasilitas
27. Sempat saya diajak ke sebuah tempat dan ditunjukkan, "Dubes Vatikan sudah dua kali ke sini." ثم لتسألن يومئذ عن النعيم
28. "Kemudian sungguh kelak kamu akan ditanyai pada hari itu (tentang nikmat yang Allah berikan kepadamu)." QS. At-Takaatsur: 8
29. Merupakan kehormatan jika seorang ustadz besar brkenan datang menyapa mereka. Jangan khawatir, mereka akan mnyambut dg penuh kehangatan.
30. Mereka dg senang hati memberikan apa yg mereka punya, jika kita tidak malu menerimanya. Bahkan gaharu pun mereka tak berat melepaskan.
31. Semoga di tahun ini, tak lama, sy dapat mendatangi sebagian pos dakwah mereka. Semoga Allah mampukan sy membawakan sesuatu yg berharga.
32. Bersyukur saya sempat pula bertemu seorang da'i yang tinggal berdua dengan isterinya di tengah hutan. Saya tertegun.
33. Saya termangu melihat wajahnya yang menyiratkan sbg pribadi bahagia & tenang. Bukan sekedar kebetulan sedang bahagia.
34. Betapa ringan ia mnghadapi dunia, meski HPnya sudah tak bertutup di bagian belakang. Pengen bawakan ia HP tahan banting, awet baterai.
35. Masih amat banyak hal yang patut direnungi. Tapi izinkan saya menata hati. Betapa kecilnya diri ini di hadapan mereka.

Astaghfirullah..
Malu..malu pada diri, ditengah banyaknya fasilitas, bukannya menambah semangat utk mensyiarkan Islam, malah terkadang justru rasa malas yang sering menyapa, bahkan tak peduli..
Atau mungkin memang semangat, namun terkadang ada lintasan niat2 lain yg mengotori..
Semoga kita mampu meneladani jejak para da'i di pedalaman, semangat yang tiada henti utk terus mendakwahkan Islam di bumi Allah.

"Kalau sampai ada orang yg mati dalam keadaan belum pernah mendengar ttg Islam, sementara kita ada sini, boleh jadi kita yang ikut memiliki saham dosa atas kekafiran mereka. Maka, apa jawab kita nanti kalau bukan berusaha keras sekarang?"

Tetap luruskan niat sob..

Medan, 27 Mei 2012 

Minggu, 22 Mei 2011

catur n memori..

kayaknya judul nya mellow banget ya??
maaf..bukan bermaksud bermellow-mellow ria..(tapi emang lagi mellow sih hehe)
ga kok..
tadi siang saat on the way to LSI (perpustakaan pusat di ipb-nasib anak tingkat sangat akhir..ke perpus trus hehe..), saya melewati koridor fakultas teknologi pertanian, ternyata disana sedang diadakan lomba catur lho..(tumben2n anak2 ipb ngadain lomba beginian)
nah..setelah ngeliat perlombaan itu, memori saya jauh terbang melayang ke beberapa tahun lalu..
saya juga penggemar main catur, termasuk ayah, kakak dan adik saya..seneng deh kalo ingat masa-masa itu (walaupun saya selalu kalah melawan mereka =_=")
main catur itu serruuuuuu buangeet!!
walaupun kata orang2 itu permainan yang buang2 waktu, tapi saya seneng..
main catur itu bisa ngasah otak karena disana kita terbiasa mengtur strategi2 untuk kita dan menyerang lawan,,
hmm..sekedar flashback k masa lalu aj :)
silahkan dicoba..yuk main catur!! ada yang berani lawan saya?? *gaayaa deh..^^

Kamis, 24 Maret 2011

Tuhan dengarlah keluhku..



oh..ingin ku lepas keluhku 
padaMu..Tuhan penyayangku
ku..akui semua dosaku
meski tersipu tertunduk malu



jiwa dan hati tertutup debu
akalku terkurung nafsu
keta'atanku tertimbun penuh dosaku
Tuhan..tutupi aibku..


Tuhan jangan biarkan diriku
semakin jauh tertipu nafsu

hanya padaMu...kumohon ampun dari semua dosa..
jari lemahku..mengetuk pintu maafMu
agar Kau hapus salahku


TUhan..dengarlah..keluhku..

by : Hadad Alwi..Tuhan dengarlah keluhku..

nice song..i recommended to u..
:')


Allah, hanya Engkau muara kesabaranku..telaga keimananku...

Sabtu, 19 Maret 2011

NOT a Judge!!

_Bukan Sang Hakim_

Suasana damai penuh ceria

Saling berbagi kisah kenangan dunia
Namun kini……..

Hari-hari berjalan terasa berat
Ada ketersiksaan di dalam dada
Pertemuan bagai beban derita
Sulit untuk terlukiskan oleh kata
Karena perasaan yang bicara..
..yang bicara

Melihat wajahnya…..
Mendengar suaranya…..
Tersebut namanya…..
Benci…..

Bukalah mata hati, bukan mata benci
Kita bukanlah Sang Hakim
Yang layak untuk menghukum
Kita juga pernah tersalah, dan bersalah
Bencilah sekedarnya
Maafkanlah kekhilafannya…walau

Melihat wajahnya…..
Mendengar suaranya…..
Tersebut namanya…..
Benci…..

Kita bukanlah manusia yang sempurna
Janganlah merasa seolah tanpa noda
Kita hanya manusia yang penuh khilaf salah
Maafkanlah ia bila hatimu terluka
Karena kita bukan sang hakim


#kalo denger lagunya langsung, pasti lebih enak ^^

baru nemu nih lagu...yang nyanyi nasyider Maidany (dari medan lho..*promosi.com)


hmm, sebenarnya cukup menyindir saya, karena apa yang ada di dalam nasyid ini pernah saya alami (mungkin antum/na juga pernah-pastinya..), ampe nih lagu saya putar bolak balik (biar 'terinternalisasi' dalam diri..hehe)
yah, namanya juga bersaudara, pasti pernah sama-sama senang, sama-sama susah, tapi kadang kita ga bisa mengelak kalo kadang kita juga sakit hati..
bukan..ini bukan soal sensitif-sensitifan (apalagi kaum perempuan yang katanya suka sensitif kalo sebulan sekali ^^)..karena banyak orang yang sering mengkambinghitamkan si 'dia'..."oh, mungkin si fulanah lagi bulanan kali, jadinya sensitif.."

bukan itu sobat..
yang ingin saya utarakan disini, soal lidah kita..
kadang tanpa kita sadari, di tengah candaan dan gurauan di tengah saudara-saudara kita, mungkin kata-kata kita menyakiti hati saudara kita yang lain ato bahkan sering malah..
jangan sampai amal-amal kebaikan yang sudah kita panen di dunia tiba-tiba harus habis di akhirat hanya untuk membayar sakit hati saudara-saudara kita akibat lidah kita yang tidak terkontrol, Rasulullah SAW mengatakan itulah orang yang merugi.. 


keluarkanlah kata-kata yang baik untuk saudaramu (itu saudaramu!!), kata-kata positif, kata-kata motivasi, bukan malah menghina, meremehkan, merendahkan dan yang lain..(ingat beda lho kritik dengan menghina/meremehkan, ktirik juga adabnya..^^)
Benar apa yang dinasihatkan Rasulullah SAW bahwa diam adalah pilihan terbaik ketika tidak ada bahan ucapan yang baik..


jangan sampai juga,saudara kita tidak ingin melihat kita lagi karena benci dengan diri kita, bagaimana kita bisa menjadi saudara yang bermanfaat untuknya??

"...Tahukah kalian siapa orang yang paling bermanfaat itu?dialah orang yang ketika kita melihat wajahnya mengingatkan kita akan Allah SWT" (HR.Ibnu Majah)
 
subhanallah..bagaimana bisa kita mampu mengingatkan saudara kita akan Allah, sedangkan melihat wajah kita pun mereka enggan?

Nah, buat yang sakit hati (termasuk saya ga ya?hehe, ato malah saya yang sering menyakiti, hadeuh!!) maafkanlah saudaramu..mungkin dia sedang khilaf saat itu (tapi kalo khilafnya keseringan, kelewatan juga tuh! *ups bercanda..), maafkan ia, bayangkanlah segala kebaikan yang pernah ia berikan kepadamu..do'a orang yang terdhzolimi itu makbul kawan..so berdo'alah agar ia yang pernah menyakiti hatimu bisa diberikan petunjuk oleh Allah..amiin amiiin amiiin amiiin amiiin!!!


lebih jelas nya tentang fiqh canda dan humor??